zaman romantik
berikut makalah tentang Zaman Romantik, smoga bermanfaat bagi teman-teman ;)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN
MUSIK ( ZAMAN ROMANTIK )
Musik pada zaman romantic adalah
kegiatan music yang lebih menitik berarkan pada penggarapan pada pemamfaatan timbre,
ritmik, melodi, dan harmoni. Karya-karya music nya lebih
mengutamakan pada garapan emosial dan dramatis. Bentuk
musiak-musik pada zaman klasik didominasikan oleh program-program resiatal
maupun konser.
B.
TOKOH
MUSIK BARAT ZAMAN ROMANTIK
1)
Musik era Romantik dimulai pada tahun 1815 dan berakhir pada tahun 1910. Walaupun dinamakan era musik Romantik, bukan berarti musik di masa ini hanya berisi tentang cinta ataupun cinta yang romantik. Sebenarnya era musik tersebut dinamakan Romantik karena dapat menggambarkan adanya ekspresi pada komposisi musik pada jangka waktu tersebut. Lalu kenapa disebut Romantik? Sekali lagi Romantik di sini tidak ada hubungannya dengan cinta. Namun karya-karya dan komposisi musik yang lebih bergairah dan jauh lebih ekspresif daripada era-era sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa berkembangnya musik Romantis sebagai ungkapan perasaan perorangan. Manusia melarikan diri dari realita ke dalam dunia bunyi. Kekayaan bunyi baru diperoleh dengan perwujudan melodi, harmoni dan bentuk musik secara baru. Pada contohnya, transisi indah dari gerakan ke 3 hingga gerakan ke 4 dari symphony Beethoven. Pada dasarnya, semua komposer pada era Romantik mempunyai cara baru yang jauh lebih menarik dari sebelumnya. Orkesnya menjadi makin besar. Pemain musik semakin lihai. Perlu dicatat pula, bahwa masyarakat dari golongan tengah dan rendah makin memainkan peranan di kota. Maka lahirlah jenis musik baru: Musik hiburan. Di Amerika musik Jazz, di Eropa musik Salon, musik koor pria, fanfare (Sebuah Fanfare adalah lagu pendek yang dimainkan oleh terompet dan alat musik tiup lain, sering disertai dengan perkusi, biasanya untuk keperluan upacara, biasanya untuk bangsawan atau orang-orang penting), musik rumah (terutama untuk piano), waltz, operet. Opera yang pernah popular di masanya, namun kini untuk masyarakat telah menjadi hal yang biasa. Musik Klasik dipentaskan kembali, namun untuk golongan atas. Karakteristik utama dari musik Romantik sendiri adalah kebebasan lebih dalam bentuk musik dan ekspresi emosi serta imaginasi dari komposer. Lalu ukuran dari orchestra yang menjadi semakin besar dan bahkan bisa disebut raksasa dibandingkan sebelumnya. Hasil karya dari para komposer juga menjadi semakin kaya akan variasi dari mulai lagu hingga karya pendek dengan piano dan diakhiri dengan ending yang sangat spektakuler dan dramatis pada puncaknya. Secara teknik, para pemain musik pada era ini juga mempunyai level sangat tinggi terutama dalam alat musik piano dan biola. Banyak sekali musisi yang dianggap sebagai seorang virtuoso di bidang musik. (Virtuoso dari bahasa Italia: virtuoso, bahasa Latin Virtus, yang berarti: skill, keahlian, excellence. Jadi Virtuoso adalah seorang yang memiliki kemampuan teknis yang luar biasa dalam bidang menyanyi atau memainkan alat musik).
2)
Era musik klasik
sendiri ditandai dengan terciptanya symphony berjudul Eroica yang diciptakan
oleh Ludwig Van Beethoven. Era ini merupakan transisi dari era musik klasik dan
modern. Hal inilah yang menyebabkan jenis musik menjadi lebih sederhana dan
lebih mudah. Contohnya, daripada memakai pivot chord, era musik klasik lebih
banyak memakai pivot note. Komposer seperti Beethoven dan Richard Wagner lebih
suka memakai harmonic dan mengembangkan chord yang sebelumnya tidak dipakai
atau juga chord yang diinovasi lebih. Contoh terbaik dari fungsi harmonic
adalah Tristan und Isolde dimana Richard Wagner memakai chord temuannya,
Tristan chord. Era ini juga merupakan era opera. Nama Richard Wagner diakui
dunia karena ciptaannya di bidang opera yang sering dimainkan. Lalu opera
Carmen hasil karya bizet dari prancis dan juga opera verismo dari italia yang
menggambarkan realitas, sejarah, dan dongeng melalui indahnya lantunan music.
C. SEJARAH MUSIK BARAT ZAMAN ROMANTIK (1810-1920)
Lukisan pertama adalah karya Nicolas
Poussin, salah satu pelukis pada zaman High Baroque yang idenya sangat
dipengaruhi oleh gerakan Klasikal. Ini adalah suatu lukisan klasik tulen, subject
matter-nya adalah penguburan seorang pahlawan Yunani dan gaya arsitektur
yang digambarkan adalah gaya arsitektur Roma. Dalam lukisan ini Poussin
menggambarkan dunia menurut kaum rasionalis: dunia yang teratur dan indah,
sebuah surga kaum Klasik. Kematian tetap ada, tapi tidak digambarkan sebagai
sesuatu yang mengerikan (meskipun tidak juga dengan pengharapan). Air
digambarkan begitu tenang, pohon-pohon tidak tertiup angin. Segala sesuatu
terlihat jelas dan pada tempatnya. Misteri, horor, dan emosi tidak mempunyai
tempat di sini. Lukisan yang kedua adalah hasil karya Caspar David Friedrich,
seorang pelukis Romantik. Yang langsung membedakan kedua lukisan ini adalah
unsur misterinya. Pemandangan di lukisan Poussin tidak terhalang sama sekali,
tapi dalam lukisan Friedrich kabut yang tebal justru menjadi isi lukisannya.
Friedrich tidak melukiskan pemandangan yang jelas, dan justru “ketidakjelasan”
itulah yang menjadi topik lukisannya. Yang digambarkannya bukan predictability,
namun unpredictability. Si Pengembara berdiri dengan pose yang
kurang stabil, rambutnya tertiup angin. Di hadapannya terbentang jurang yang
tidak terlihat dasarnya, di ujung horison ada puncak-puncak gunung yang lebih
tinggi dari tempat ia berada. Dalam lukisan ini, rasio tidak lagi memegang
kendali. Gerakan Romantik adalah suatu respons terhadap Gerakan Klasikal:
menolak rasio sebagai satu-satunya otoritas dalam segala sesuatu. Emosi,
perasaan, misteri telah menantang posisi rasio. Bahkan usaha untuk
mendefinisikan istilah Romanticism pasti akan berakibat reduksional
sebab gerakan ini adalah gerakan yang pada intinya menolak definisi, menolak
kekakuan sistem dan struktur. Ada suatu perkataan dari zaman Romantik yang
mengatakan, “Heard melodies are sweet, but unheard ones are even sweeter.”1
Pada awalnya dampak dari semangat ini dalam musik hanya
berakibat eksperimentasi dari pihak komponis; ekspresi hal-hal yang misterius
dan di luar logika tidak bisa lagi hanya terpaku dalam sistem yang sudah eksis.
Maka ilmu harmoni dan sistem tangga nada yang menjadi warisan zaman-zaman
sebelumnya dilebarkan ke dalam area-area yang sebelumnya tidak digunakan.
Kromatisasi2, misalnya, dulu digunakan hanya sebagai suplemen, namun musik
Romantik menggunakan kromatisasi bukan sebagai bumbu tapi sebagai lauk-pauk.
Secara harmoni, musik Romantik juga menggunakan chord progression yang
bersifat kromatik yang menyebabkan efek ambiguitas tonal; yaitu suatu lagu yang
tidak terlalu jelas berada di tangga nada apa.
Bukan hanya secara melodi dan harmoni, tapi ritme juga
menjadi subjek eksperimen. Kalau Saudara memperhatikan partitur di atas, dalam
satu ketuk tangan kanan memainkan 4 not sedangkan tangan kiri membagi waktu
yang sama untuk memainkan 3 not. Permainan ritme yang irregular seperti ini
tidak baru ditemukan pada zaman Romantik, namun pada periode sebelumnya hal
seperti ini tidak lumrah ditemukan dengan durasi yang berkepanjangan. Dalam Fantasie-Impromptu
karya Chopin hamper keseluruhan ritmenya berpola demikian. Dalam karya
musik Klasikal, not pertama atau chord pertama biasanya sangat jelas
bunyi dan entry-nya, sesuai dengan prinsip clarity. Tidak
demikian dengan musik Romantik. Beethoven misalnya3, dalam Symphony No.9-nya
ia sengaja memulai karyanya dengan sangat sangat lembut dan berangsur menjadi
keras. Menurut seorang kritikus musik yang menghadiri pementasan pertama symphony
tersebut, hal ini mempunyai efek seakan-akan musik tersebut sudah
berjalan sejak dahulu kala dan baru sekarang terdengar! Besarnya suatu orkestra
juga menjadi tempat eksperimen. Secara tradisional jumlah pemain di sebuah
orkestra Klasikal biasanya berkisar antara 30-35 pemain. Hector Berlioz,
seorang komponis zaman Romantik pernah mengatakan orkestra idamannya berjumlah
465 instrumen yang berisi antara lain: 120 violins, 45 cellos, 37
double basses, 30 harps, dan 30 pianos. Musik Romantik
tidak lagi tetap tinggal dalam hal-hal yang sudah diketahui tetapi memulai
suatu perjalanan terhadap hal-hal yang misterius dan indefinite. Sampai
dengan zaman Klasikal, konsep aktualisasi diri bukanlah sesuatu yang dimiliki
masyarakat Eropa4. Ada yang lahir dalam keluarga bangsawan, ada yang menjadi
petani. Masing-masing kemudian menjalani hidupnya di dalam status kelahirannya.
Namun pada abad ke-19 khususnya setelah Revolusi Perancis, sistem feudalis
masyarakat Eropa mulai runtuh. Kapitalisme dan Merkantilisme menyebar luas dan
individualisme mulai lahir. Sebelum Beethoven, para musikus mau tidak mau harus
hidup dengan Poussin – Funeral of Phocion tunjangan seorang patron,
biasanya seorang bangsawan.
Sangat sulit bagi seorang musikus jika ia mau
mencari nafkah secara independen, pada waktu tersebut prinsip copyright belum
secara luas diterapkan. Tetapi Beethoven mendobrak hal ini, ia memanfaatkan
Merkantilisme yang mulai bertumbuh dan berhasil menjadi musikus yang
independent lewat konser-konser dan juga royalti dari penerbitan dan penjualan
partitur karyanya. Seniman dan musikus yang lain pun mulai hidup dengan cara
demikian. Kebebasan ini membuat untuk pertama kalinya dalam sejarah para
seniman bebas; musik karya mereka tidak lagi digubah menurut selera publik
umum, musik telah menjadi aktualisasi diri mereka. Langkah-langkah ini telah
mengakibatkan pengaruh yang luar biasa terhadap dunia musik. Kebebasan yang
dibawa oleh periode Romantik bukan hanya mendefinisikan ulang apa itu musik dan
keindahan, tapi juga kehidupan. Dan seperti kuda lepas dari kandang, kebebasan
ini akhirnya menjadi kebablasan. Musik dari zaman Renaissance sampai
Klasikal adalah musik yang digubah dengan mengetahui batas-batas ekspresi.
Seperti yang sudah dibahas, musik Klasikal dibatasi oleh persepsi logika, musik
Baroque dilimitasi oleh ilmu harmoni warisan zaman Renaissance, dan musik Renaissance
sedikit banyak dilimitasi berdasarkan hubungan numeral. Bach dalam St.
Matthew Passion telah menuliskan satu melodi yang begitu menyayat hati,
yaitu ketika Petrus menyesal setelah ia menyangkal Tuhannya kali ketiga. Tapi
sewaktu kita mendengarnya tentu tidak seperti mendengar orang yang menangis
meraung-raung yang sudah pasti tidak akan terdengar musikal sama sekali. Dalam
musik Baroque, tangisan pun mempunyai melodi yang mengikuti aturan musik. Namun
atas nama ekspresi, gerakan Romantik tidak mau berhenti sampai di sini. Pada
akhirnya, musik Romantik hancur di bawah beratnya sendiri. Sebagai contoh
adalah Richard Strauss dan operanya Salome, yaitu kisah ketika Yohanes
Pembaptis dipenggal oleh Herodes untuk memenuhi permintaan anaknya (dinamakan Salome
dalam opera ini) yang telah menari untuknya. Dalam adegan Salome mencium
kepala Yohanes Pembaptis yang sudah terpenggal, Strauss menggunakan chord yang
berisi 10 not berbeda untuk mengekspresikan suasana yang begitu menjijikan.
Dalam tradisi harmoni musik Eropa, chord yang lengkap hanya dapat berisi
3 not yang berbeda. Chord extension seperti seventh chord berisikan
4 dan memerlukan resolusi ke chord yang lebih stabil, menurut ilmu
harmoni. Bisa dibayangkan betapa ngerinya bunyi 10 not yang berbeda ketika
dibunyikan bersamaan dan tanpa resolusi. Strauss sendiri membela keputusannya
untuk menuliskan musik yang sedemikian disonans karena menurutnya tidak ada chord
normal yang mampu menggambarkan kengerian yang ingin ia tampilkan, maka ia
membuat “musik” yang tidak lagi menuruti prinsip dasar musik itu sendiri.
Perkembangan ini tidak mungkin bertahan lama sebelum hancur, seperti bangunan
yang mau dibangun
tanpa memiliki fondasi, atau seperti ikan yang merasa dibatasi oleh air.
Pada akhirnya, Romanticism yang
mengkritik gerakan Klasikal sebagai gerakan yang sempit karena mengutamakan
rasio, telah jatuh ke ekstrim yang lain: menjadi gerakan yang irasional.
Komponis-komponis berikutnya meneruskan semangat ekspresi gila-gilaan ini, dan
pada akhirnya ilmu harmoni ditolak secara total, masuk ke dalam zaman musik
atonal5 dan periode Modern yang kacau. Tidak semua musik Romantik sedemikian
ekstrim tentunya, khususnya karya-karya yang digubah pada pertengahan pertama
abad ke-19 masih mempunyai keseimbangan antara ekspresi emosi dan aturan musik,
khususnya oleh komponis-komponis yang cenderung old-fashioned seperti
Johannes Brahms, Felix Mendelssohn, Robert Schumann, dan lain-lain.
Mendelssohn, khususnya, sebagai seorang Kristen yang takut akan Tuhan mempunyai
banyak karya yang sangat indah, dan sesuai dengan semangat Romantik karyanya
mempunyai kekuatan dramatis dan emosional yang sangat dalam tapi tanpa
kehilangan keteraturan. Dua oratorionya, St. Paul dan Elijah adalah
beberapa karya teragung sepanjang zaman. Sayangnya, selain Mendelssohn boleh
dibilang tidak ada komponis besar Kristen lainnya, dan kemerosotan moral pada
abad ke-19 telah mengakibatkan banyak karya-karya musik zaman Romantik berkisar
pada tema-tema yang sangat tidak Alkitabiah. Symphony terakhir
Tchaikovsky yang dielu-elukan sebagai karya terbaiknya, menurut adiknya, Modest
Tchaikovsky, adalah ekspresi kefrustrasian Tchaikovsky terhadap dunia yang
menyerang homoseksualitasnya. Bukan hanya karya non-Alkitabiah, akhirnya
karya-karya yang didasarkan pada cerita Alkitab pun hasil akhirnya sama sekali
tidak Alkitabiah karena tidak setia kepada prinsip Alkitab. Sebagai contoh,
opera Salome tadi mengambil kisah Alkitab tetapi kemudian menceritakan
kembali dengan mindset Romantik yang sama sekali tidak tertarik untuk
memperjuangkan kebenaran Alkitab atau untuk memuliakan Allah; adegan yang
menjadi hidangan utama malah adalah tarian Salome yang dinamakan Dance of
the Seven Veils, di mana soprano yang memerankan Salome harus turun derajat
menjadi stripper dan berakhir dengan kematian Yohanes Pembaptis, serta
Salome yang akhirnya dieksekusi ayahnya sendiri. Tidak berarti musik atau seni
yang baik adalah seni yang tidak realistis, yang tidak mengenal rasa frustrasi
atau ketidaksusilaan. Kitab Mazmur pun dipenuhi dengan berbagai keluhan dan
seringkali mengungkapkan kehidupan manusia yang dipenuhi dengan sengsara. St.
Matthew Passion dari Bach juga tidak dipenuhi kebahagiaan atau keindahan,
tetapi seperti di dalam Alkitab selalu ada resolusi. Kitab Mazmur yang meskipun
dimulai dengan keluh kesah, selalu diakhiri dengan pengharapan dan iman kepada
Tuhan. Maka seni yang baik adalah seni yang mengembalikan kondisi yang rusak
kepada kondisi yang Righteous. Righteousness dalam seni bukan
berarti segala sesuatu harus tanpa dosa, sebab hal ini pasti berlawanan dengan
realita. Menjadi Righteous mempunyai arti membenarkan, membuat apa yang
kacau menjadi harmonis. Sebab Allah kita bukanlah Allah yang menghendaki
kekacauan, tetapi damai sejahtera. Kiranya tulisan ini boleh membawa kita
mengerti kelebihan dan kekurangan musik yang menjadi warisan kita, dan boleh
membantu kita dalam menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan. Soli Deo Gloria.
a. Jethro Rachmadi,
(Pemuda
MRII Melbourne) Mahasiswa Bachelor of Music di University of Melbourne
b. Endnotes:
c. 1. Arnold Whitall, Romanticism. (London:
Thames and Hudson, 1987) 9
d. 2. Kromatisasi adalah pergerakan not
naik atau turun dengan beda setengah, misalnya 1,1/2, 2/ 3 dalam not angka.
e. 3. Beethoven adalah komponis yang
lahir dan memulai karirnya dengan musik Klasik, namun pada masa pertengahan
hidupnya gaya komposisinya telah berubah menjadi musik Romantik.
f. 4. Misalnya, pada zaman sekarang
anak kecil sering ditanya, “Mau jadi apa kalau sudah besar?”
g. 5. Atonal = tanpa tonalitas. Kalau
Saudara mendengar musik ini, tidak akan tahu musik itu dimainkan secara benar
atau salah karena semuanya terdengar tanpa harmoni.
D.
MUSIK GEREJA ERA ROMANTIK
Musik gereja abad ke-19 pun menampakkan diri dalam beberapa
lapisan : Di satu pihak terdapat musik tinggi dengan orkes besar sebagai
lanjutan tradisi klasik, namun kini dalam gaya Romantik (Fr. Schubert, J. Rheinberger, F. Liszt, A. Bruckner A. Dvorak, Ch. F.
Gounod, G ) .
1)
Verdi, C. Franck, J.
Brahms). Perlu disebut pula bahwa
lebih-lebih di Eropah Tengah dalam abad ke-19 lahir banyak lagu Natal yang
bagus-bagus yang terkenal sampai sekarang bahkan sampai ke Indonesia.
Di lain pihak terjadi suatu reaksi terhadap musik orkes dalam ibadat: suatu gerakan pertama-tama menghidupkan kembali nyanyian gereja dari masa Renaissance dan Barok dengan diberi syair baru. Bahkan nyanyian Gregorian dilatih kepada umat. Usaha ini diperkuat dengan adanya buku nyanyian gereja seragam untuk setiap keuskupan sendiri. Untuk menghormati bunda Maria, Hati Yesus, Sakramen Mahakudus terciptalah lagu baru dalam gaya romantis yang cukup sentimental. Gerakan ini berpangkal dari Dom Gueranger (Perancis) serta Fx Haberl (Jerman). Namun karena bersaing dan bertentangan dalam studi terhadap naskah-naskah asli, maka gerakan ini dalam abad ke-19 belum mencapai sasarannya.
Di lain pihak terjadi suatu reaksi terhadap musik orkes dalam ibadat: suatu gerakan pertama-tama menghidupkan kembali nyanyian gereja dari masa Renaissance dan Barok dengan diberi syair baru. Bahkan nyanyian Gregorian dilatih kepada umat. Usaha ini diperkuat dengan adanya buku nyanyian gereja seragam untuk setiap keuskupan sendiri. Untuk menghormati bunda Maria, Hati Yesus, Sakramen Mahakudus terciptalah lagu baru dalam gaya romantis yang cukup sentimental. Gerakan ini berpangkal dari Dom Gueranger (Perancis) serta Fx Haberl (Jerman). Namun karena bersaing dan bertentangan dalam studi terhadap naskah-naskah asli, maka gerakan ini dalam abad ke-19 belum mencapai sasarannya.
2)
Suatu
inisiatif lain untuk memperbaharui musik gereja (di suatu aliran gereja) adalah
Cecilianisme. Fx. Witt (1834-1888) melihat keselamatan musik gereja dalam usaha
kembali pada musik polifon seperti diciptakan oleh Palestrina (1525-1594).
Dengan mengarang sendiri gaya 3).Palestrina dan dengan mengajak
pengarang lain, maka terkumpullah
banyak lagu koor baru yang diterbitkan. Dan supaya dipakai, maka Witt
mendirikan suatu “organisasi S. Cecilia” : Persatuan koor, dirigen dan organis
yang cukup meluas di Jerman dan Austria. Mereka adakan pertemuan rutin,
konggres; semangatmya dibina oleh Fx Witt sebagai ketua dalam
kunjungannya serta kursus-kursus untuk meningkatkan mutu koor dan nyanyian
gereja. Nyanyian gereja diseragamkan, nyanyian umat dilatih. Namun musik
Neo-Palestrina sama sekali lain dari pada gaya musik abad ke-19; untuk pertama
terbukalah suatu jurang antara perkembangan musik gereja yang berlangsung terus
dalam musik gereja Barat hingga saat ini.
E.
SEJARAH MUSIK ROMANTIK PADA KARYA ZAMAN BAROK
1.
Zaman Barok dan Rokoko
Musik Barok adalah musik klasik barat yang digubah pada ZamanBarok (Baroque), kira-kira antara tahun 1600 dan 1750. Kata "Barok" berarti "mutiara yang tidak berbentuk wajar", hal ini sangat cocok dengan seni dan perancangan bangunan pada era itu. Kata “Barok” pada akhirnya juga dipakai untuk jenis musik pada saat itu.

·
Melodi
cenderung lincah.
·
Banyak
menggunakan ornamen.
·
Ada dinamik
forte dan piano.
·
Harmoni
dua nada atau lebih berbunyi bergantian (polifonik/kontrapung).
·
Lazimnya
hanya mencerminkan satu jenis emosi saja.
Para komponis musik Barok membuat
perubahan di notasi musik dan juga menciptakan cara baru dalam memainkan
instrumen musik. Era musik Barok juga merupakan tonggak
dari terciptanya dan diakuinya musik dalam opera. Banyak sekali teknik musik
dan konsep musik dari era Barok masih dipakai hingga
saat ini. Kebanyakan dari alat musik klasik dimainkan dengan sangat baik di era
ini.

·
Johann Sebastian
Bach
·
George
Friederich Handel
·
Antonio
Vivaldi.
·
Johann
Pachelbel
Pada zaman Barok, piano belum ditemukan,
dan komposisi dikarang untuk hapsichord. Karya Bach untuk hapsicord lazim
mempunyai dua melodi atau lebih untuk tangan kanan dan tangan kiri. Musik Barok jarang
mempunyai modulasi atau rubato.
2. Zaman Klasik
Bila dibandingkan dengan musik era Barok, musik era klasik lebih ringan, lebih mudah dan tidak membingungkan, serta mempunya tekstur yang jauh lebih jelas. Melodi yang dimainkan di era ini biasanya lebih pendek dari era Barok. Ukuran orkestra sangat berkembang baik dalam kuantitas maupun kualitas.

·
Ornamen
lebih dibatasi.
·
Ada peralihan
tempo accelerando dan ritardando.
·
Ada peralihan
dinamik crescendo dan decrescendo.
·
Harmoni
tiga nada atau lebih bunyi bersamaan (homofonik).
·
Kontras
pada ritme.
Pada zaman klasik muncul bentuk komposisi musik yang disebut
sonata dan simfoni. Sonata adalah
karya musik untuk permainan solo, sedangkan simfoni adalah
untuk orkestra. Bentuk simfoni hamper mirip dengan sonata,
hanya saja simfoni biasanya dilengkapi dengan bagian
sisipan yang disebut minuet, trio, dan scherzo.

·
Franz
Joseph Haydn
·
Wolfgang
Amadeus Mozart
·
Carl
Philipp Emanuel Bach (anak
kedua dari Johann Sebastian Bach)
·
Ludwig Van
Beethoven (masa peralihan zaman Klasik
dan zaman Romantik)
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Zaman Romantik
Walaupun dinamakan era musik Romantik, bukan berarti musik di era ini hanya berisi tentang cinta ataupun cinta yang Romantik. Dinamakan Romantik karena dapat menggambarkan komposisi musik pada jangka waktu tersebut. Romantik disini tidak ada hubungannya dengan cinta. Romantik disini menggambarkan karya-karya dan komposisi musik yang lebih bergairah dan jauh lebihekspresif dari pada era-era sebelumnya.
Karakteristik utama dari musik Romantik sendiri adalah kebebasan lebih dalam bentuk musik dan ekspresi emosi serta imajinasi dari komponis. Lalu ukuran dari orkestra yang menjadi semakin besar dan bahkan bisa disebut raksasa dibandingkan sebelumnya. Hasil karya dari para komponis juga menjadi semakin kaya akan variasi dari mulai lagu hingga karya pendek dengan piano dan diakhiri dengan ending yang sangat spektakuler dan dramatis pada puncaknya. Secara teknik, para pemain musik pada era ini juga mempunyai level sangat tinggi.

·
Ciri Tidak
ada ornamen.
·
Melodi
berekspresi.
·
Harmoni
bervariasi, homofonik dan polifonik.
·
Penggunaan dinamik dan tempo secara
optimal dan bervariasi.

·
Franz
Liszt
·
Richard
Wagner
·
F. J. L.
Mendelssohn
A.
ciri-Ciri Yang Terdapat Pada Karya Zaman Barok
a. Media
Penyajian
Karya music pada zaman romantic selalu dipertunjukkan pada
gedung-gedung konser dan opera maupun tempat-tempat pertunjukan khusus. Musik
gereja masih mendominir sebagian besar kegiatan masyarakat. Penyajian nyayian
tunggal dengan iringan piano merupakan teknik penyaian yang sangat digemari
oleh masyarakat luas. Orchestra zaman romantic mulai didominir oleh alat music gesek
yang ditambah dengan piccolo, clarinet, horn, trombone, tuba, dan harpa.
b.
Ritme
Ritme yang mendukung ide serta ekspresi seseorang makin lengakap,
denyutan-denyutan rikmit, perubahan matra, sinkopisasi dalam berbagai pola
mulai menjadi mode. Pembuatan partitur selalu dilengkapi dengan tanda-tanda
tempo berbagai modifikasinya serta tanda-tanda ekspresi.
c.
Melodi
Pembukaan melodi untuk vocal sangat dipengaruhi oleh gaya
pembuatan melodi instrument.
d.
Tekstur
Tekstur zaman romantic sebagian besar berbentuk homophonic
yang sudah dikembangkan dengan pemakaian akoir-akor disonan, ornamentasi, dan
teknik kontrapung secara bebas.
e.
Pola
Pada zaman romantic pembentukan karya music bentuk
garapannya rhapsodi
dan usaha-usaha musikalisasi puisi.
Karya-karya yang berbentuk instrumental merupakan salah satu tolok ukur
(standar) perkembangan music zaman romantic karena zaman ini kaya harmoni serta
lagu klimaks.
B.
Tokoh-tokoh musisi pada zaman romantic :
a)
Karya franz Schubert
(
Unfinished Symphony, C Mayor Symphony, The Greatm Dan Death And The Maiden ).
b)
Karya felix mandelson (1809-1847)
(scotch,
Italian and reformation, eliyahm dan A midsummer night’s
dream ).
c)
Karya frenz list (1811-1886)
( fauzt
symphony, funerailles, sonata in B minor, dan hungarian rhapsodies).
d)
Karya peter llich tchaikvsky (1840-1893)
(pathetique
no.6, piano concerto in B flat minor, dan romeo and Juliet).
e)
Karya antonin dvorak (1814-1907)
(symphony
no.5 (from the worl) dan string quartet in F mayor).
f)
Karya Richard wagner (1813-1883)
(lohengrin,
die mester singer, tannhauser, dan Tristan and isolde).
g)
Karya Johannes bramhs (1833-1897)
( symphony
no. 3, german requiem, the double concerto for violin and cello, Hungarians
dances, and overture the academic festival and the tragic).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan sejarah
tentang music barat pada zaman romantic di atas kita bisa menyimpulkan bahwa
sejarah music barat khusus nya pada zaman romantic sangatlah menarik dan sangat
bersejarah.
Dari penjelasan di atas
kita bisa mengetahui ciri-ciri music barat pada zaman romantic antara lain Tidak ada ornament, Melodi
berekspresi, Harmoni bervariasi, homofonik dan polifonik, Penggunaan dinamik dan tempo
secara optimal dan bervariasi.
Dan kita bisa mengetahui ciri-ciri karya yang terdapat pada
karya zaman barok antara lain media penyajian, ritme, melodi, tekstur, dan
pola.
Dari
penjelasan di atas juga kita bisa mengetahui tokoh-tokoh dari music barat yang
khusus nya pada zaman romantic, dan hasil karya-karya lagu yang mereka ciptakan
yang sudah terkenal pada zaman modern sekarang ini.
Siip,,!!:)
BalasHapus